. . .

Header Ads


Perang Dagang, China dan AS Lanjutkan Negosiasi di Beijing


SeputarBerita - China dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan di Beijing, meski perang dagang antara keduanya memanas akibat langkah AS menaikkan tarif.

Hal tersebut disampaikan Wakil Perdana Menteri Liu Hue meski Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan untuk memulai proses kenaikan tarif semua impor produk China.

Dikutip dari Reuters, Liu menyuarakan optimisme untuk mencapai kesepakatan, tetapi mengaku ada masalah prinsip yang membuat China tak akan mundur.

AS meningkatkan ketegangan perang dagang dengan China pada Jumat (10/5) dengan menaikkan pajak barang-barang asal negara tersebut senilai US$200 miliar di tengah-tengah pembicaraan terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan dagang.

Trump menaikkan tarif dengan mengatakan bahwa China melanggar kesepakatan, mengingkari komitmen yang dibuat selama berbulan-bulan negosiasi.

"Negosiasi belum macet," kata Liu yang memimpin negosiasi dengan AS.

Ia menilai kemunduran kecil dalam negosiasi dagang adalah normal dan terhindarkan. Ia pun masih optimis negosiasi dapat mencapai kesepakatan.

China sangat menentang kenaikan tarif terbaru AS. Namun, ia menyampaikan kedua belah pihak telah mencapai pengertian dalam beberapa hal.

Dia menambahkan bahwa pembicaraan akan berlanjut di Beijing, tetapi tidak memberikan rincian.Namun, ia menggarisbawahi kurangnya kemajuan dalam pembicaraan, Trump memerintahkan kenaikan tarif lebih lanjut.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan Trup juga berencana untuk menaikkan tarif pada produk China senilai US$300 miliar. Lighthizer mengatakan keputusan baru terkait kenaikan tarif belum dibuat.

AS sudah resmi menaikkan tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen pada produk China senilai US$200 miliar.

Kemajuan negosiasi

China mengaku terdapat tiga perbedaan dari negosiasi yang terakhir kali dilakukan dengan AS.

Pertama adalah masalah tarif. Menurut Liu, China percaya bahwa tarif adalah asal mula sengketa perdagangan, dan bahwa jika kedua belah pihak ingin mencapai kesepakatan, maka semua tarif harus dihilangkan.

Kedua, terkait pengadaan. Konsesus awal yang dicapai antara para pemimpin kedua negara di Argentina akhir tahun lalu, kedua belah pihak memiliki pandangan berbeda tentang volume.

Sedangkan ketiga adalah seberapa seimbang teks dari naskah perjanjian itu.

"Setiap bangsa memiliki martabatnya, jadi teksnya harus seimbang," kata Liu.

Sumber mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa China telah menghapus komitmennya dalam rancangan perjanjian yang mengatakan akan mengubah undang-undang untuk menyelesaikan keluhan inti Amerika Serikat. Keluhan tersebut mencakup pencurian kekayaan intelektual AS dan rahasia dagang, transfer teknologi paksa, kebijakan persaingan; akses ke layanan keuangan, dan manipulasi mata uang.

Liu membantah tuduhan bahwa China mengingkari janji, dengan mengatakan China berpikir itu normal untuk melakukan perubahan sebelum kesepakatan akhir. Kedua belah pihak memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana mengucapkannya.

Ketika ditanya tentang kekhawatiran domestik tentang bagaimana tarif terbaru dapat lebih menekan ekonomi, Liu mengatakan dia optimis tentang ekonomi China dalam jangka panjang, menambahkan bahwa itu telah memasuki siklus naik setelah keluar dari posisi terbawah tahun lalu.

Dia mengatakan percaya ekonomi China akan mempertahankan tren yang stabil dan sehat meskipun ada tekanan ke bawah. China, menurut dia, juga memiliki ruang yang cukup untuk manuver kebijakan fiskal dan moneter.

Pada hari Senin, beberapa jam setelah Trump mengatakan bahwa ia bermaksud untuk menaikkan tarif, bank sentral China memangkas jumlah cadangan yang perlu dimiliki beberapa bank kecil dan menengah, membebaskan lebih banyak dana untuk pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang kekurangan uang.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.